Minggu, 01 Maret 2015

Pangeran Impian



“Apa yang harus aku lakukan sekarang?”

Seorang gadis duduk di tepi sebuah danau yang tenang. Matanya tampak berkaca-kaca menahan perasaan yang terkekang. Hatinya kelam seperti langit malam yang tak berbintang.

“Kenapa kau tak pernah mau berubah?” Gadis itu menuntut dengan gelisah. Air matanya mulai membuat pipinya basah. Sementara yang diajaknya bicara hanya diam seakan tak bersalah.

Padahal tadi gadis itu sudah sengaja pergi mengendap-endap dari rumah. Ia tahu betul bahwa ibunya akan memberi larangan keras. Nanti saat pulang, ia harus siap mendengar seribu petuah. Tapi sekarang yang terpenting adalah menyelesaikan masalah ini hingga tuntas.

Gadis itu menghela napas panjang. Di bawah langit malam ini, ia akan melakukannya sekali lagi. Semoga saja usahanya itu berarti. Dan ia tidak akan merasa sia-sia sudah menanti. Perlahan ia mencondongkan tubuh lalu mengecup sang kekasih hati penuh rasa sayang.

Tapi balasan dari sang kekasih hati sungguh menyakitkan. Sang kekasih hati malah bergidik lalu menguak dengan suara parau.  Sedetik kemudian kekasih hati gadis itu sudah melompat ke dalam danau dengan tubuhnya yang hijau. Kini gadis itu ditinggal sendirian dalam keheningan.

Gadis itu tersenyum pahit merasa kecewa. Pipinya terus dibasahi air mata. Tubuhnya kembali terasa lemas tak berdaya. Sepertinya ia harus kembali menginap di rumah sakit karena wabah salmonela. Ibunya pasti murka atas tindakan bodoh yang dilakukannya. Sementara katak yang dicintainya tak pernah berubah menjadi pangeran impiannya. Berapa kali pun ia mengecupnya penuh cinta.




Flashfiction ini ditulis untuk mengikuti event Milad AE Publishing

2 komentar:

  1. keren .... Endingnya gak bisa ditebak. Aku sampe kaget. :v

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih, mbak Anisa Ae. jadi senyum-senyum sendiri :)

      Mohon kritik dan sarannya :D

      Hapus

Jangan sungkan untuk menuliskan komentar ya.
Karena itu merupakan penyemangat untuk kami terus menulis.
Selamat membaca :D