Rabu, 11 Maret 2015

Doa Sunyi


Bunyi ponselku meraung-raung di atas meja. Bergetar dan terus bergetar minta diperhatikan. Aku menutup novel di tanganku lalu meraih ponselku. Nama salah seorang tanteku tertera di sana.

Keningku mengernyit heran. Tidak biasanya saudaraku menelepon. Ada apa gerangan?

Aku menekan tombol hijau untuk menjawab pertanyaan itu. Tapi tidak ada suara di sana. Aku semakin merasa heran. Dan saat kujauhkan ponsel dari telinga, aku mendapati ponselku dalam keadaan tak bernyawa.

Sambil berdecak kesal, kuraih charger ponsel dan menyalurkan listrik di antara mereka. Ponselku bisa kembali menyala dan satu panggilan kembali masuk. Aku menjawab dengan perasaan penasaran yang membuncah.

“Halo?”

Lidahku mendadak kelu. Kakiku menjadi beku sekaligus terasa lemas seperti agar-agar. Kata-kata seseorang di seberang sana adalah berita duka. Tapi kenapa air mataku sama sekali tidak mengalir?

Hanya ada rasa sakit seperti sesuatu yang berat menghantam tepat di jantungku. Membekukan seluruh sel darahku. Meremukkan hatiku perlahan dari dalam. 

Benakku berputar kembali pada pertemuan terakhir kami tiga bulan yang lalu.

“Bagaimana bacaan Yasinmu? Apakah sudah lancar?” tanya mama padaku kala itu.

Aku hanya tersenyum malu. Kepalaku menunduk rikuh, lalu menggeleng perlahan. “Belum.”

Mama tersenyum lalu bertanya, “Lalu bagaimana kalau mama meninggal? Siapa yang akan membacakan doa nanti?”

Aku tertawa kecil menanggapi gurauanmu kala itu. Dalam hati aku bergumam. Tidakkah itu masih lama?

Ternyata aku salah. Mama pergi sekarang. Dengan sejuta rahasia di ujung lidahku yang belum  kuungkap. Dengan banyak kata maaf dan terima kasih yang hanya bisa kuucapkan dalam doa yang sunyi. Begitu banyak cerita yang aku tuliskan di samping batu nisan mama.

Seberapa derasnya aku menangis. Bagaimanapun aku memohon. Aku harus menerima bahwa mama tidak bisa kembali.


Flash Fiction ini ditulis untuk mengikuti program #FF2in1 dari www.nulisbuku.com di Facebook dan Twitter @nulisbuku

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Jangan sungkan untuk menuliskan komentar ya.
Karena itu merupakan penyemangat untuk kami terus menulis.
Selamat membaca :D