Rabu, 11 Maret 2015

Penantian Ibu

Itu adalah bangku taman yang memiliki sejuta kenangan. Kosong. Sama seperti terakhir kali aku menginjakkan kakiku di taman ini. Ku hirup dalam-dalam udara segar sehabis hujan, kemudian kuembuskan keras-keras.

Dulu, dulu sekali. Aku selalu melihat wanita itu. Wanita yang selalu memakai sweater merah muda. Hadiahku di ulang tahunnya. Duduk di tempat yang sama. Matanya menerawang sangat jauh. Begitu jauh hingga aku tak mampu menerka apa yang tengah dilihatnya.

Terakhir kali aku melihat wanita itu, dua tahun yang lalu. Ia berdiri di tepi sungai itu. Sungai yang mengalir dengan derasnya. Perlahan kakinya melangkah, dan menjatuhkan dirinya ke sungai itu.

"Ibu" teriakku mengejar tubuhnya yang terhanyut. Aku terlambat. Ya, akulah sang anak durhaka itu. Meninggalkan ibuku hanya karena dulu aku begitu membencinya. Meninggalkan ibuku yang melahirkanku di tengah keluarga miskin.

Tapi terima kasih ibu. Aku tahu, setiap hari, setiap waktu kau selalu menantiku. Menantiku di bangku itu. Bangku dimana aku meninggalkanmu.



Flash Fiction ini ditulis untuk mengikuti program #FF2in1 dari www.nulisbuku.com di Facebook dan Twitter @nulisbuku

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Jangan sungkan untuk menuliskan komentar ya.
Karena itu merupakan penyemangat untuk kami terus menulis.
Selamat membaca :D