Selasa, 10 Maret 2015

Accidentally Loving You part 2


"Shane?" Gadis itu mengeratkan genggaman tangannya pada tangan Shane. Kirana mengepalkan tangannya untuk menahan kemarahan yang siap meledak kapanpun. Sekali lagi, bukan karena cemburu. Kirana hanya tak terima karena Shane membohonginya.

Shane menatap Kirana sambil mengerutkan keningnya. "Tunggu dulu kau ini-" Shane sengaja memberikan jeda pada kalimatnya.

Kirana membelalakkan matanya, menutup mulutnya yang menganga dengan kedua tangannya. "Maafkan aku." Kirana berbalik, mempercepat langkahnya untuk menjauh dari Shane.

Tidak, ini tidak mungkin. Dasar bodoh kau Kirana! Kirana merutuk menyesali kebodohannya. Sialan! Dia bukan Shane. Lelaki itu bukan Shane. Wajah Kirana merah padam menahan malu. 

Sementara lelaki itu sibuk memotret gadis mungil yang salah mengenalinya. 

"Kau mengenalnya?" Tanya gadis disamping lelaki yang Kirana kenal sebagai Shane.

"Tidak Pamela, aku tak pernah bertemu gadis itu sebelumnya." Lelaki itu terus mengambil foto gadis yang tengah berjalan terburu-buru sambil sesekali menoleh pada lelaki itu. "Kita akan bertemu lagi manis." gumam lelaki itu.

***

Sepulang dari Hawai, Shane segera berkunjung ke penthouse Kirana untuk kembali meminta maaf secara langsung. Tawa terpingkal keluar dari mulut lelaki itu saat Kirana menceritakan kejadian memalukan yang dialaminya dua hari yang lalu.

"Lalu bagaimana bisa kau salah mengenaliku sebagai orang lain?"

"Entahlah Shane. Saat iku aku begitu kesal padamu. Kau membatalkan rencana pada detik terakhir dan aku melihatmu bersama seorang.. gadis." Kirana mengurangi volume suaranya saat mengucapkan kata terakhir dalam kalimatnya.

Shane mengernyitkan dahi memandang gadis yang sudah lama disukainya itu. "Kau cemburu?" 

Kirana membelalakkan matanya. Semburat kemerahan tampak di wajahnya. "Bicara apa kau ini? Aku hanya kesal."

"Kesal karena kau melihatku bersama seorang gadis?" Goda Shane membuat Kirana salah tingkah.

"Tentu..ah maksudku..tentu saja aku kesal karena kau membatalkan janji. Coba kau pikir bagaimana rasanya ketika kau bilang harus ke Hawai dan ternyata aku melihatmu bersama seorang gadis di tempat yang sama. Aku kesal hanya karena kupikir kau berbohong. Bukan karena kau bersama gadis itu." Kirana seolah mengatakan kalimat sepanjang itu dalam satu tarikan nafas. Kemudian diraihnya segelas minuman yang ia letakkan di meja.

"Benar kau tidak cemburu?" Shane meyakinkan.

"Sudahlah Shane, kita ini teman. Kau pun tak mungkin punya perasaan lebih terhadapku." Kirana menyunggingkan senyum si bibirnya, membuat lesung pipinya terlihat jelas. 

"Lalu bagaimana jika aku punya perasaan lebih untukmu?" Ucapan Shane membuat wajah Kirana semakin memerah.

"Sudahlah-" bunyi ponsel Kirana menghentikan ucapan gadis itu. 

"Ada apa?" Tanya Kirana pada seseorang diseberang sana. "Baiklah. Besok segera serahkan berkasnya padaku sebelum jam makan siang." Kirana meletakkan ponselnya di sampingnya kemudian kembali menyesap minumannya.

"Jadi bagaimana?" Shane berusaha memecah keheningan diantara mereka.

"Ada perusahaan di Riyadh yang ingin bekerja sama dengan hotelku dan-"

"Bukan itu." Shane memotong kalimat Kirana. "Bagaimana jika aku memiliki perasaan lebih kepadamu?"

Hening. Tak ada sepatah katapun yang mampu keluar dari mulut Kirana. 

"Shane bercandamu tidak lucu." 

"Kirana, aku mencintaimu." Ujar Shane menatap mata Kirana dalam-dalam, membuat Kirana salah tingkah. 

Mungkin aku juga mencintaimu, adalah kalimat yang tak mampu ia ucapkan saat ini. Dulu Shane adalah pangeran pujaan Kirana dan mungkin hingga saat ini pun akan tetap sama.

"Aku-" Ucapan Kirana lagi-lagi terpotong. Kali ini karena ponsel Shane yang berbunyi. 

"Baik Will. Sebelum makan malam aku akan kesana." Ujar Shane pada seseorang yang ia panggil Will. 

"Maafkan aku Kirana. Kakakku menelpon." Shane memasukkan ponselnya ke dalam saku celananya. "Lalu tidak bisakah kau memberikan kesempatan untukku?" 

Kirana terdiam beberapa saat. Matanya nyalang menatap lantai berwarna abu-abu. Seperti perasaannya sekarang.

"Kirana?" Shane kembali membawa Kirana ke daratan. Membuyarkan lamunan gadis itu. Matanya menuntut sebuah jawaban dari Kirana. 

"Kurasa tak ada salahnya memberikan kesempatan untukmu, Shane."

***

Ia melihat gadis itu duduk di kursi di samping jendela kaca yang begitu besar, menikmati secangkir kopi dan sandwich untuk sarapan paginya. Dialah gadis yang mampu membuatnya jatuh cinta pada pandangan pertama. Ditatapnya lekat-lekat gadis yang ekspresi wajahnya berubah-ubah itu setiap menatap ponselnya. Tak lupa lelaki itu mengangkat kameranya untuk mengabadikan setiap ekspresi yang dibuat oleh gadis itu.

Gadis itu menyangga dagunya, pandangan matanya lurus pada lelaki yang tengah menghadapakan lensa kamera ke arahnya. Perlahan lelaki itu menurunkan kameranya dan menatap langsung gadis bergaun merah yang ada beberapa meter di depannya. 

Gadis itu menaikkan alisnya seolah bertanya apa-kau-lihat-lihat? Kemudian lelaki itu mengurai senyum penuh arti bagai seorang maling yang tertangkap basah sedang mencuri. Dengan penuh wibawa ia berjalan mendekat ke arah gadis itu.

"Ada yang bisa kubantu?" Tanya gadis itu. Tanpa menjawab lelaki itu menarik kursi kosong di hadapannya.

"Kirana, aku Wright. William Wright. Atau kau bisa memanggilku Will." Ujar Will penuh percaya diri. Gadis itu masih memandang lelaki di hadapannya dengan heran. Lelaki yang ia sangka sebagai Shane saat di pameran.

"Kau tahu namaku?"

"Tentu. Miliarder muda dengan bisnis yang luar biasa. Mana mungkin aku tak mengenalmu. Menunggu seseorang?" 

"Tidak. Aku hanya sering menghabiskan waktu di tempat ini. Em-- untuk yang waktu itu, aku benar-benar minta maaf padamu." Wajah Kirana bersemu merah ketika mengingat kembali kejadian tempo hari.

"Sudahlah. Lupakan saja. Sebuah keberuntungan aku bisa bertemu denganmu saat itu." ujar Will sambil mengedipkan sebelah matanya pada Kirana. 

Sejak saat itu hampir setiap makan siang Will akan mendatangi kafe tersebut hanya untuk menemui Kirana, bertukar nomor ponsel, saling mengirim pesan hingga keakraban di antara mereka pun semakin terjalin. Dan satu hal yang Kirana sadari, Will adalah orang yang sangat menyenangkan.

***

Pagi yang cerah. Langkah lelaki itu begitu tegas dan mantap. Pandangan matanya lurus menatap daun pintu berwarna biru tua yang masih bermeter-meter di hadapannya. Senyumnya terurai menghiasi wajah tampannya. Sebuket mawar merah segar yang cantik mengisi tangan kanannya. Derap langkahnya terdengar tenang. Suara ketukan sepatu yang beradu dengan lantai menciptakan irama yang konstan.

Tak lama lagi lelaki itu akan mencapai pintu tersebut. Dalam lima langkah, lelaki itu telah berdiri di depan pintu yang begitu lebar. Di balik pintu itu ada gadis yang ia cintai dan ia ingin mengejutkan gadis itu dengan kedatangannya. Perlahan dibukanya pintu tersebut.

Lelaki itu mematung menatap pemandangan di hadapannya. Pemandangan yang mampu membuat jantungnya berdegup kencang. Senyumnya perlahan memudar berganti dengan dahinya yang berkerut. Mencoba meyakini apa yang dilihatnya.

Tangan gadis itu tengah melingkar pada leher lelaki di hadapannya. Lelaki itu melingkarkan kedua tangannya di pinggul gadis iru seraya mencium bibirnya dengan ciuman lembut dan dalam. Gadis itu memejamkan matanya seolah menikmati ciuman lelaki yang ada di pelukannya.

Pemandangan yang begitu luar biasa. Luar biasa mencabik-cabik hati lelaki itu. Hatinya bimbang, tangannya gemetar sambil menggenggam gagang pintu hingga buku jarinya memutih. Ingin rasanya ia berteriak untuk menghentikan mereka berdua. Namun suaranya seolah mengkhianatinya. Hingga dengan segenap kekuatan, lelaki itu mengeluarkan suaranya yang terdengar gemetar.

"Kirana"

Bersambung ke part 3

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Jangan sungkan untuk menuliskan komentar ya.
Karena itu merupakan penyemangat untuk kami terus menulis.
Selamat membaca :D