Minggu, 29 Maret 2015

Pengakuan

Aku berjalan menantang langit senja. Kakiku melangkah perlahan di sepanjang tepi sungai. Permukaan air yang tenang bersinar keemasan.

"Akhirnya kau datang."

Semburat jingga berarak di ufuk langit. Warna langit menghiasi pipiku meninggalkan jejak  senyum  merekah di wajahku. Semua itu karena lelaki yang berdiri di hadapanku sekarang.

Setelah kami dekat beberapa hari terakhir ini, ia memintaku untuk bertemu berdua saja. Mungkinkah ini akan menjadi kencan pertama kami?

"Aku sengaja mengajakmu bertemu berdua karena aku ingin mengakui sesuatu yang penting," ujarnya sambil memalingkan pandangan ke arah sungai.

Mataku terbelalak dengan wajah yang tersipu. Mugkinkah... ini pengakuan cinta?

"M-mengakui apa?"

Lelaki itu beralih menatapku. Matanya tampak sayu dengan sorot mata yang sedih. "Aku mencintaimu sejak dulu...."

Deg. Aku mengernyitkan dahi. Entah mengapa dadaku terasa seperti dihantam kuat. Mengapa pengakuan cinta yang kutunggu terasa begitu menyakitkan?

"Dan aku sangat menyesal tidak mengatakan ini sejak lama...." Ia melanjutkan kalimatnya perlahan.  Sebulir air mata menetes di sudut matanya. "Aku tidak tahu mengapa hanya aku yang masih bisa melihatmu selama seminggu terakhir ini. Mungkin Tuhan ingin memberiku kesempatan terakhir untuk mengakui perasaanku sebelum kau benar-benar pergi...."

Deg. Hantaman itu datang lagi. Bahkan jauh lebih menyakitkan. Apa maksudnya?

"Ya. Mungkin kau belum menyadarinya. Tapi seminggu yang lalu kau sudah meninggal." Ia berkata terbata di tengah isakannya.

Dahiku mengernyit. Napasku tersengal saat berusaha mencerna kata-katanya. Tunggu! Aku salah. Ternyata aku tidak bernapas. Paru-paruku tidak berfungsi.

Perlahan aku mengangkat tangan hendak menyentuh dada kiriku. Ingin memastikan debaran dalam rongga jantungku. Tapi gerakan tanganku terhenti di udara. Aku melihat tanganku berubah transparan seperti kabut di pagi hari. Sedetik kemudian, seberkas ingatan menghujam cepat ke dalam benakku. Aku mengerang saat mendapati lubang cahaya menarik tubuhku yang tidak berdaya.

Benar juga. Seminggu yang lalu aku tenggelam di sungai ini. Sebelum sempat mendengar pengakuan cinta dari lelaki yang kucintai.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Jangan sungkan untuk menuliskan komentar ya.
Karena itu merupakan penyemangat untuk kami terus menulis.
Selamat membaca :D