Rabu, 11 Maret 2015

Mabuk Kepayang


Bukan salah teman-temanku jika mereka manganggap aku bodoh. Walaupun mungkin ada kata lain yang mungkin lebih pantas digunakan. Tapi biarlah. Mereka begitu karena mereka tidak pernah merasakan apa yang aku rasakan.

Di sudut temaram ruangan itu. Aku melihat teman-temanku tampak waspada memperhatikanku. Mereka semua mengira aku gila karena patah hati. Kekasihku mencampakkan aku begitu saja satu bulan lalu. Tapi aku sudah tidak peduli pada gadis itu. Aku sudah menemukan gadis yang membuatku terpesona.

Benar. Aku terpesona. Entah untuk ke berapa kalinya hari ini. Kira-kira sudah satu minggu terakhir ini aku tidak bosan menatap seorang gadis yang memiliki senyum paling indah yang pernah kulihat. Dan selama itu aku hanya mampu menatapnya dari kejauhan.

Tapi niatku sudah bulat. Aku akan menyapanya hari ini.

Aku berjalan mendekat. Masih bisa kudengar suara teman-temanku di belakang kepalaku. Mereka meneriakki aku gila dan mabuk.

Aku memang gila. Tergila-gila pada gadis itu. Aku memang mabuk. Walaupun bukan karena aroma entah wiski atau wine yang menguar di udara. Aku mabuk kepayang kepada gadis ini.

Langkahku semakin mendekat hingga  aku bisa menyentuh kulit lembut gadis itu.

Tiba-tiba gadis itu berteriak histeris setengah jijik. Ia mengayunkan sapu di tangannya secara brutal.

“KECOAAAAAA!”

Di tengah kegelapan yang merenggut kesadaranku. Aku menyadari cintaku tak terbalas. Bahkan mungkin ia membenciku...

Dan aku benci mengakui bahwa teman-temanku benar.


Aku memang gila dan mabuk.




Flash Fiction ini ditulis untuk mengikuti program #FF2in1 dari www.nulisbuku.com di Facebook dan Twitter @nulisbuku

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Jangan sungkan untuk menuliskan komentar ya.
Karena itu merupakan penyemangat untuk kami terus menulis.
Selamat membaca :D