Selasa, 31 Maret 2015

Accidentally Loving You part 3 End


Suara parau itu membuatku berjingkat. Sesegera mungkin aku melepaskan diri dari lelaki di hadapanku. Jantungku berdebar kencang seolah bersiap untuk membuat sebuah ledakan di kepalaku.

"Will—"

Suara itu begitu tegas dan mantap. Rahangnya mengeras. Matanya berkilat marah, memancarkan aura kejam yang siap mencabik-cabik kami kapan saja. Tentu saja itu membuatku gugup. Seumur hidup aku tak pernah melihatnya semarah ini.

"Apa yang kau lakukan dengannya?" Nadanya begitu mengancam. Langkah sepatunya beradu dengan lantai, mendekat ke arah kami. Kemudian dengan kasar ia melempar bunga di tangannya tepat ke wajah Will. Will bergeming, menatap Shane dengan tajam.

"Aku mencintainya." Will berkata dengan tegas, membuat Shane mengerang penuh kemarahan. Kemudian Shane menatapku. Menatapku lekat-lekat, seolah hendak menerkamku.

"Apa kau masih mengingatku, Kirana?" Tanya Shane tenang, ah— ini bukan pertanyaan, ini sindiran. Aku menggigit bibirku keras-keras. Entah kenapa aku berharap gigitanku dapat mengeluarkan darah dari bibirku.

"Jangan bercanda Shane. Te— tentu saja aku mengingatmu." Aku gugup. Dan saat itu juga aku merasa aku telah mengeluarkan jawaban yang salah.

"Lalu apa yang kau lakukan dengan mr. William Wright disini?" Shane menegaskan nama Will. Bagus. Aku memang sudah mengeluarkan jawaban yang salah. Dan aku yakin sebentar lagi adalah saatnya eksekusi untukku.

"Maafkam aku Shane, semua terjadi begitu saja. Aku— aku tak bermaksud mengkhianatimu. Tapi—"

"Tapi apa Kirana?" Shane memotong ucapanku dengan kasar. "Dan kau Will, bagaimana bisa kau bermain-main dengan kekasih adikmu sendiri, hah?" Shane mengepalkan tangannya kuat-kuat, mencoba menahan darahnya yang telah mendidih. Wajah tampannya begitu mengerikam kali ini. Membuatku hampir tak mengenalinya.

"Shane, aku tak tahu jika gadis ini yang kau maksud. Jika saja aku tahu sebelumnya, mungkin aku tak akan mendekatinya."

"Kau keterlaluan Will!" Shane melepaskan sebuah pukulan ke wajah Will, kemudian disusul dengan pukulan yang bertubi-tubi. Dengan segala kekuatan yang kumiliki aku mencoba untuk melerai mereka, namun sayang kekuatanku tak cukup mampu untuk menandingi Shane yang tengah mengamuk.

"Shane, maafkan kami. Kumohon jangan seperti ini." Aku memeluk Shane dan terus memohon pada Shane untuk memaafkan kami. Aku tahu, Shane tak akan memaafkanku, tapi aku tak bisa membiarkan Will begitu saja.

Lelaki itu perlahan mundur dari hadapan Will, membuatku semakin erat memeluknya. Aku benar-benar tak tahu apa yang harus ku lakukan. Aku tahu persis ini adalah kesalahanku. Tangannya menyentuh tanganku, kemudian perlahan melepaskan pelukanku dari tubuhnya. Oh Tuhan, aku yakin sesuatu yang buruk akan terjadi.

"Apakah kau akan menangisiku seperti ini ketika aku berada di posisi Will?" Aku mengerutkan kening menatap wajah merah Shane. Lelaki itu terus menatapku lekat-lekat. Ada yang berbeda dari wajah lelaki itu. Matanya yang memerah mulai berkaca-kaca.

Tangannya perlahan menyentuh pipiku, mengusap air mata yang mengalir membasahi wajahku. Kemudian ia memelukku dengan erat. Punggungnya bergetar. Dan saat itu aku tahu dengan pasti bahwa Shane menangis. Aku pun melingkarkan tanganku untuk memeluknya.

"Aku selalu tahu bahwa kau tak pernah mencintaiku, Kirana." Bisik Shane di telingaku. Kemudian ia mengusap air matanya dan mencoba menghilangkan rasa sedih dari wajahnya. Lelaki itu kemudian menyerahkan sebuah kotak berwarna biru gelap kepadaku.

"Apa ini?" Tanyaku saat Shane berusaha meletakkan kotak itu dalam genggamanku.

"Aku tak pernah berhenti berharap untuk menginginkanmu menjadi istriku. Namun, kurasa aku mengerti apa yang kau rasakan padaku. Mungkin ini akan menjadi hadiah perpisahan kita. Semoga kau bahagia Kirana. Selamat tinggal."

Itu kalimat terakhir yang ia ucapkan sebelum ia melangkah meninggalkanku dan Will. Perasaan bersalah bergelayut dalam hatiku. Aku tahu lelaki itu begitu tulus padaku. namun hingga detik ini, aku tak mampu untuk membalas perasaannya padaku.

Aku membuka kotak yang diberikan Shane padaku. Sebuah cincin dengan mata berwarna biru yang begitu cantik. Air mata kembali membasahi wajahku, kemudian sepasang lengan yang kuat merengkuhku ke dalam pelukannya.

"Apa kau mencintainya?" Will yang sejak tadi terdiam melontarkan sebuah pertanyaan padaku. Aku terdiam sesaat, mencari tahu bagaimana sebenarnya perasaanku.

"Entahlah Will, kurasa aku hanya menyukainya."

"Kirana, aku benar-benar tak tahu bahwa kau adalah gadis yang selalu ia ceritakan padaku. Jika saja aku tahu, aku tak akan menghancurkan hubungan kalian." Will mendesah. Ya, ini salahku. Aku tahu mereka adalah Wright bersaudara. Namun perasaanku pada Shane tak sebesar perasaanku pada Will. Dan ya, aku mencintai Will.

"Maafkan aku Will. Sebenarnya aku sudah menyadari bahwa kalian bersaudara sejak seminggu yang lalu. Tapi aku merahasiakannya karena aku benar-benar tak ingin kehilanganmu." Air mata kembali mengalir membasahi wajahku. Aku tahu apa yang kulakukan memang keterlaluan. Aku mengorbankan perasaan orang lain demi menjaga perasaanku.

Will menengadahkan kepalaku dengan kedua tangannya kemudian mengusap air mata di wajahku. Perlahan ia mendekatkan bibirnya, kemudian mengecup bibirku.

"Kirana, menikahlah denganku." Ujar Will mantap. Akupun mengangguk dan mengembangkan senyum di wajahku. Air mata kembali membasahi wajahku, tapi kali ini, itu adalah air mata kebahagiaan.

Tamat

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Jangan sungkan untuk menuliskan komentar ya.
Karena itu merupakan penyemangat untuk kami terus menulis.
Selamat membaca :D