“Sam, cepat sebarkan warna hitammu pada langit. Kau harus cepat sebelum gadis itu berangkat.” Perintah Ruth gadis yang mengenakan pakaian serba coklat itu pada Sam, gadis yang memakai pakaian hitam, senada dengan rambut, mata dan sayapnya yang indah.
Ini adalah
negeri Elvios dimana semua peri memiliki tugas untuk memberikan warna pada
apapun yang ada di dunia ini. Bunga, pohon, daun, bahkan langit. Namun Sam
sangatlah menyesali mengapa ia dilahirkan dengan warna hitam. Hitam selalu
buruk. Seperti halnya sore ini. Gadis itu harus menaburkan warnanya di langit
untuk membuat hujan dan Ashley, gadis yang akan keluar rumah untuk bertemu
kekasihnya yang hendak berangkat ke Jerman terpaksa harus membatalkan
rencananya.
“Sialan kau
peri hitam! Semua ini gara-gara kau aku tak bisa bertemu Ryan!” Ashley mengumpat kesal pada langit yang telah
menghitam disusul dengan badai dan hujan yang amat sangat deras.
***
“Ada apa
denganmu, Sam?” Lelaki yang didominasi warna hijau itu mendekati Sam yang
sedang duduk murung di ranting pohon.
Sam menggeleng. Kemudian lelaki itu terbang dan duduk di samping Sam. “Kau mau
cerita?” Ia mencoba membujuk.
“Apa yang
kau lakukan disini?” Sam mengalihkan pembicaraan.
“Tentu saja
aku melakukan tugasku. Aku harus memberi warna pada daun-daun itu, supaya
mereka terlihat segar.”
“Aku iri
padamu.” Gerutu Sam pelan.
“Kenapa?”
“Warnamu
cerah dan menenangkan, tugasmu memberikan kehidupan. Dan para petani sangat
memujamu. Tidak sepertiku, yang hanya memberikan kesialan bagi orang-orang.”
Ujar Sam sambil mengusap air matanya.
“Sam, jangan
begitu. Kita punya tugas masing-masing sesuai warna kita. Dan lagi tidak
semuanya hitam itu sial. Masih ada warna hitam yang lain yang begitu disukai
oleh manusia.”
“Lalu apa
menurutmu hitam yang disukai manusia?” Lelaki itu terdiam. Membuat Sam
mendengus. “Sudah ku bilang warna hitam hanya menyusahkan manusia. Kau hanya
menghiburku Cody, tapi itu sama sekali tak berhasil.” Sam mengepakkan sayapnya
meninggalkan lelaki bernama Cody, sang peri hijau.
“Hei Sam,
lihat karyaku hari ini.” Skye sang peri merah memperlihatkan hamparan bunga
berwarna merah yang begitu indah. Membuat Sam semakin bersedih. Sam hanya
tersenyum kemudian meninggalkan Skye.
***
Seperti
biasanya, Sam memiliki tugas untuk menaburkan hitam pada langit sore. Gadis itu
nampak murung. Ditatapnya perempuan tua yang tengah terburu-buru mencari tempat
untuk berlindung. Tapi Sam masih melakukan tugasnya. Kemudian wanita itu
setengah berlari untuk menyeberang. Sebuah motor melaju dengan kencang karena
guyuran hujan semakin lebat. Kemudian motor itu menabrak wanita itu hingga
jatuh tersungkur dan terguling-guling. Sedangkan pengendara motor kabur begitu
saja.
Sam melihat
Skye menenteng keranjang merahnya, menaburkan warna merah pada tubuh wanita
itu. Teriakan orang-orang yang mencoba menyadarkan wanita yang kini berlumuran
darah membuat Sam semakin merasa bersalah.
“Hidupnya
memang hanya sampai disini Sam.” Skye menepuk pundak Sam yang masih tercengang
menyaksikan kejadian itu. Air mata mengalir dari kedua matanya. Rasa bersalah
kembali menyelimutinya. Andai saja dia bukan peri hitam, ia pasti tak akan
membuat banyak orang meninggal karena ulahnya.
Sam
mengepakkan sayapnya menuju ke padang rumput di dekat rumahnya dengan air mata
yang terus mengalir membasahi wajahnya. Tentu saja setelah menyelesaikan
tugasnya untuk menabur hitam pada langit malam.
“Ada apa
lagi Sam?” Cody meletakkan keranjang hijaunya dan berdiri dihadapan Sam.
“Aku membunuh
orang lagi, Cody.” Sam berhambur memeluk Cody.
“Sam
sudahlah, ini bukan salahmu. Itu memang sudah takdir jika orang itu harus
meninggal.”
“Tapi ini
gara-gara aku. aku memang membawa sial untuk semua orang.”
“Tidak Sam.
Ayo ikut denganku. Akan kutunjukkan sesuatu.” Cody menarik tangan Sam menuju
suatu tempat.
“Lihatlah
langit malam ini begitu indah dengan bintang-bintang yang bersinar terang.”
Ujar seorang wanita yang tengah duduk diatas kursi roda pada lelaki
disampingnya. Wanita itu masih muda dan cantik, namun sebelah kakinya
menghilang dan balutan perban masih ada di kepalanya.
“Kau suka
malam?” Tanya lelaki itu.
“Tentu saja.
Aku jauh lebih menyukai malam–” Gadis itu menghentikan ucapannya saat sebuah
kembang api membumbung tinggi di langit. “–dia membuat kembang api itu terlihat
jauh lebih cantik bukan. Aku bersyukur Tuhan menciptakan malam.”
“Kau lihat
Sam, hitammu tidak selalu memberikan musibah. Gadis itu justru bersyukur Tuhan
menciptakan malam. Semua itu berkat kau.” Cody menepuk bahu Sam, membuat gadis
itu melebarkan senyum di wajahnya.
“Semua warna
memiliki kekurangan Sam, seperti aku misal, aku memberikan warna hijau untuk
ulat dan mereka merusak daun-daun yang seharusnya utuh. Skye memberikan warna
merah pada darah untuk orang-orang yang kesakitan dan Ruth bisa menaburkan
warna coklatnya pada air bah yang membanjiri kampung. Tuhan menciptakan semua
dengan kekurangan dan kelebihan.”
“Kau benar
Cody. Terima kasih Cody, kau telah menyadarkanku.”
TAMAT
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Jangan sungkan untuk menuliskan komentar ya.
Karena itu merupakan penyemangat untuk kami terus menulis.
Selamat membaca :D