Kamis, 04 Juni 2015

#DAY4 - He is Here



sumber gambar

Lagu pengiring: Maroon 5 feat. Gwen Stefani –
My Heart is Open

Irna melemparkan koran dan spidol merahnya ke atas meja. Kemudian ia melipat kakinya ke atas sofa dan memeluknya. Ia melepas kacamata yang bertengger di wajahnya, sebelum menempelkan dahi ke lututnya.

Sudah tiga hari berlalu sejak ia memutuskan berhenti dari perusahaan tempat ia bekerja. Dan selama itu, ia hanya terus mengurung diri dalam flatnya. Memeriksa setiap lowongan kerja yang ada, mencari pekerjaan lain yang cocok untuknya.

Sebenarnya, bukan hal yang sulit bagi gadis seperti Irna untuk mendapatkan pekerjaan. Nilai-nilainya selama kuliah dan reputasi baik di tempat ia bekerja sebelumnya pasti akan cukup sebagai poin tambahan bagi perusahaan mana pun untuk mempekerjakan dirinya. Hanya saja ada satu hal yang hingga saat ini masih terus mengganggu pikirannya....

Ibel.

Astaga. Bahkan hanya dengan mengingat nama lelaki itu, sudah mampu membuat wajah Irna merah padam. Ia masih bisa mengingat dengan jelas bagaimana ia mempermalukan dirinya dengan menangis di depan lelaki itu. Bagaimana cara lelaki itu menenangkannya. Bagaimana lelaki itu mengecup bibirnya dengan begitu lembut.

Sungguh. Irna sudah berusaha sekuat tenaga untuk melupakan kejadian itu. Tetapi semakin ia mencoba melupakan, kejadian itu semakin melekat kuat dalam ingatannya. Hingga perlahan mengkristal menjadi kenangan.

Tetapi bagaimanapun Irna harus melupakan. Cepat atau lambat. Karena ia tahu bahwa ia tidak pantas menyimpan perasaan apa pun untuk lelaki seperti Ibel.

Lelaki itu tampan dan memesona. Walaupun sering mengobrol dan menggoda para gadis di kantor, tetapi ia tidak pernah lalai pada tanggung jawab dan pekerjaannya. Sikapnya yang hangat, juga... ciumannya yang lembut. Lelaki itu terlampau sempurna hingga membuat Irna jatuh cinta.

Tidak. Bukan hanya Irna. Ia yakin selusin perempuan lain pasti akan dengan mudah jatuh cinta pada Ibel. Seolah lelaki itu memang diciptakan untuk dicintai semua orang. Berbeda seperti Irna yang selalu dijauhi semua orang karena sikapnya yang kaku. Itulah mengapa ia merasa seakan di awang-awang ketika Ibel bersikap baik padanya.

Irna takut akan hal itu. Takut pada perasaannya sendiri. Takut jika ia memiliki perasaan yang lebih dalam pada Ibel. Hingga ia memtuskan untuk berhenti dari perusahaan agar tidak bertemu kembali dengan lelaki itu. Sungguh tindakan yang sangat kekanakan.

Dan entah mengapa, sekarang ia sedikit berharap lelaki itu merasakan apa yang dirasakannya. Ia ingin Ibel... merindukannya.

Padahal seharusnya, Irna tahu benar bahwa hal itu tidak mungkin terjadi. Lelaki itu pasti sekarang sudah menemukan gadis lain untuk menemaninya makan siang. Itu pasti bukanlah hal sulit bagi seorang Ibel.

Tetapi tidak ada salahnya untuk berharap, bukan?

It won’t take me long to find another lover
but I want you

“Meong....”

Suara itu menginterupsi lamunan Irna. Ia mengangkat wajahnya, dan langsung tersenyum ketika mendapati kucing kesayangannya tengah berdiri manja di sampingnya. Kucing itu menatap Irna dengan sepasang mata memohon. Dan ia memahami benar apa maksud tatapan itu. Begitu Irna menurunkan kakinya, kucing itu langsung melompat ke atas pangkuannya dan bergelung mencari kehangatan.

“Dasar kucing manja,” gerutu Irna lantas terkekeh.

Irna mengulurkan tangannya, mengelus bulu cokelat lebat yang menyelimuti tubuh kucingnya. Bulu itu terasa lembut dan hangat. Bahkan hanya dengan menatap kucingnya, membuat Irna teringat pada Ibel. Saat di mana kucingnya tidak bisa turun dari dahan pohon, dan lelaki itu datang untuk menolong. Walaupun harus menerima ekstra cakaran dari kucingnya yang nakal.

Tanpa sadar, Irna terkikik mengenang saat-saat itu.

Tawa Irna terhenti begitu bel pintunya berdering. Ia berdiri dan mengusir paksa kucing itu dari pangkuannya. Kucing itu hanya menggeram perlahan lalu melenggang anggun dan meringkuk ke bawah meja.

“Sebentar,” sahut Irna sambil mengenakan kembali kacamatanya. Terkadang memang ada tetangganya yang sering datang untuk meminjam beberapa barang seperti tang, panci, telur, bahkan mi instan. Irna tidak pernah protes atau pun menolak, karena tetangga-tetangganya itu yang sering membantu Irna untuk menjaga kucingnya selama ia bekerja.

I’ll do anything you want me to
‘Cause I can’t breathe until I see your face

Irna memutar handle pintu tanpa memikirkan apa pun. Dan begitu pintu terbuka, ia tidak sempat menyembunyikan ekspresi terkejutnya. Matanya melebar tidak percaya menatap tamu yang berdiri di hadapannya saat ini.

Lelaki itu ada di sini.

*Cerita ini merupakan side story dari cerpen Interlude ^^

#NulisRandom2015 #DAY4

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Jangan sungkan untuk menuliskan komentar ya.
Karena itu merupakan penyemangat untuk kami terus menulis.
Selamat membaca :D