Jumat, 23 Januari 2015

The Hideous Clarisse


Malam itu Karina, Ellen, Intan dan Adam berkumpul di rumah Karina untuk mencoba sebuah permainan baru yang ia temukan setelah membaca sebuah artikel di internet. Awalnya Karina ingin mencobanya sendiri, namun karena rasa persahabatan diantara mereka, Karina ingin membagi pengalaman tersebut dengan ketiga sahabatnya itu.

“Yang ku baca, permainan ini namanya The Hideous Clarisse. Mirip seperti Bloody Marry. Jika wanita yang kita panggil itu keluar, kita bisa minta apapun yang kita inginkan padanya. Katanya sih, dulu dia cantik, tapi wajahnya dirusak pacarnya, trus pas mati, arwahnya terjebak di cermin.” Jelas Karina pada teman-temannya.

“Lalu apa nanti wanita itu tidak akan meminta apapun dari kita?” Tanya Adam penasaran.

“Kurasa tidak. Dan lagi itu hanya mitos, hanya 5 persen kemungkinan dia bisa muncul.” Karina menjawab sesuai dengan yang ia baca. “Kita harus berdiri di depan kaca, dalam keadaan gelap, kalau bisa kita gunakan kaca yang besar seperti itu.” Karina menunjuk kaca besar yang tergantung di dinding kamarnya. “Kemudian kita sebut namanya tiga kali.” Tambahnya.

“Tapi aku takut. Jangan-jangan jika dia muncul, dia akan meminta sesuatu dari kita.” Ellen mulai angkat bicara, merasakan keresahan dalam hatinya.

“Halah, dia kan juga belum tentu keluar. Kita coba aja yuk. Siapa tahu aku bisa meminta kak Johan jadi pacarku.” Gurau Intan yang memang sudah lama tergila-gila pada kakak kelasnya itu.

“Apa kalian siap untuk bermain ini?” Karina kembali memastikan kesiapan teman-temannya meski sepulang sekolah tadi ia sudah memastikan bahwa teman-temannya siap. Mereka bertiga mengangguk menyatakan kesiapan mereka. Karina berjalan ke arah pintu kamarnya untuk mematikan saklar lampu kamar yang ada di samping pintu kamarnya. Setelah keadaan gelap, mereka berempat berdiri di depan kaca dengan bergandengan tangan satu sama lain.

“Clarisse.. Clarisse.. Clarisse.. Muncullah dihadapan kami.” Mereka berempat secara bersamaan memanggil hantu Clarisse secara berulang-ulang.  Sudah tiga kali mereka mengulang mantra tersebut namun tak ada tanda-tanda kemunculan Clarisse.

“Clarisse.. Cla– “ Belum sempat mereka melanjutkan mantra itu sebuah benda di kamar Karina terjatuh, membuat mereka berempat terperanjat dan menoleh pada asal suara meski mereka tak dapat melihatnya. Adam menggoyang-goyangkan tangannya yang menggenggam tangan Karina. Ia menyadari sesuatu yang muncul di cermin. Pandangan mereka berempat pun kembali terfokus pada cermin yang menampilkan sesosok wanita yang berwajah mengerikan dengan gaun putihnya yang terlihat kusam.

“Clarisse, a– aku ingin Rendi ja– jadi pacarku.”  Kata Karina terbata-bata antara takjub dan takut melihat bayangan di dalam cermin. Rendi adalah tetangga Karina yang pindah rumah dua tahun yang lalu, ketika Karina menginjak kelas dua SMP. Ketampanan dan kebaikan Rendi membuat Rendi memiliki tempat tersendiri di hati Karina.

Lewat beberapa detik tak ada respon apapun yang dikeluarkan oleh bayangan di dalam cermin itu. Hingga tangan wanita itu mulai terangkat, menunjuk gadis paling cantik di antara mereka, Ellen. Ellen terperanjat ketakutan, tangannya dingin dan gemetar. Namun dalam sekejap, wanita di dalam cermin itu menghilang tanpa jejak. Intan yang terdekat dari saklar lampu segera menyalakannya.

“Apa kau baik-baik saja?” Tanya Adam yang khawatir melihat Ellen terduduk lemas di lantai. Tak ada jawaban dari Ellen untuk beberapa saat. Adam pun kembali melontarkan pertanyaan yang sama pada Ellen.

“Tidak. Apa kalian melihat wanita itu menunjukku?” Tanya Ellen dengan suara gemetar. Ketiga temannya terdiam sejenak hingga Karina membuka mulut.

“Mungkin kau salah lihat. Aku tak melihatnya menunjukmu.” Karina berbohong agar Ellen tak ketakutan. Intan dan Adam pun ikut membenarkan kebohongan Karina.

“Syukurlah.” Kelegaan menyelimuti Ellen. Mungkin memang salah lihat, batin Ellen dalam hati. Jam dinding Karina sudah menunjuk pada angka sembilan. Mereka bertiga segera berpamitan karena esoknya mereka masih harus sekolah.
***
Guys, kayaknya Clarisse memang bisa ngabulin permohonan deh. Aku bisa dengan cepat dekat lagi dengan kak Rendi setelah sekian lama tak berhubungan sama sekali.” Kata Karina girang. Karina mendapatkan kemajuan pesat setelah seminggu meminta permohonan pada Clarisse. Namun sebaliknya selama seminggu Ellen selalu tertimpa sial. Jatuh dari tangga rumahnya, terpeleset di kamar mandi, bahkkan jatuh dari motornya.

“Asiknya, aku juga pengen dong biar bisa jadian sama kak Johan.” Ujar intan iri.

“Memang apa sih bagusnya pacaran? Belajar dong, kan mau UAS.” Canda Ellen yang tengah asik membaca novel sambil mendengarkan percakapan teman-temannya.

“Makanya cobain dong, betah banget jadi jomblo. Tuh si Adam kayaknya naksir kamu deh, Len.”Balas Karina sambil mengarahkan matanya ke arah Adam yang tengah bermain kartu di belakang kelas. Ellen hanya tertawa menanggapi gurauan Karina.

Sepulang sekolah, empat sekawan itu berkumpul di kantin seperti biasa. Karina senang bukan kepalang karena lelaki idamannya telah menyatakan perasaan padanya lewat pesan singkat yang ia dapatkan setelah istirahat. Ellen, Intan dan Adam merasa heran sekaligus kagum dengan cerita Karina.

“Aku ingin mencobanya nanti.” Seru Intan gembira. Karina pun mengangguk dan membanggakan temuannya tentang The Hideous Clarisse. “Ah.. aku mau pulang dulu. Aku ada janji dengan ibuku.” Lanjut Intan setelah melihat jam di ponselnya.

“Ayo, pulang sama-sama. Kita kan searah.” Karina menawarkan tumpangan pada Intan dan mulai mengemasi barang-barangnya kemudian berpamitan dengan Ellen dan Adam.

“Ayo, aku akan mengantarmu.” Kata Adam setelah kedua sahabatnya pergi. Ellen mengangguk dan mengikuti Adam menuju parkiran motor. Perjalanan ke rumah Ellen ditempuh dengan santai. Adam memang sengaja berlama-lama untuk membonceng Ellen. Adam menghentikan motornya karena lampu hijau terlah berubah merah. Sekilas Ellen melihat bayangan wanita buruk rupa itu di kaca spion motor Adam. Namun Ellen mencoba menghalau segala pikiran buruknya.

Sebuah truk dari arah berlawanan melaju kencang menerabas lampu merah sambil membunyikan klaksonnya berkali-kali. Truk yang berjalan zig zag tersebut akhirnya menghantam jajaran pengendara yang menanti lampu hijau. Delapan pengendara motor terluka parah termasuk Adam. Namun nahas bagi Ellen, ia meninggal saat itu juga. Helm milik Adam yang dikenakan Ellen terlepas, dan Ellen justru melindungi kepala telanjang Adam dalam dekapannya.

Karina dan Intan menangis tersedu-sedu di depan nisan milik sahabatnya itu. Adam tak bisa bergabung dengan mereka berdua karena masih harus dirawat akibat patah tulang yang didapatkannya dari kecelakaan nahas tersebut. Adam berkali-kali menyalahkan hantu Clarisse lah penyebab Ellen meninggal dan sering kali ia menghubungkan kematian Ellen dengan permintaan Karina yang dikabulkan di hari yang sama. Namun semuanya telah terjadi. Selamanya Ellen pun tak akan pernah hadir kembali lagi di antara mereka.


TAMAT

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Jangan sungkan untuk menuliskan komentar ya.
Karena itu merupakan penyemangat untuk kami terus menulis.
Selamat membaca :D