Suara ombak berkejaran terdengar samar. Lolongan anjing bersahut-sahutan begitu nyaring di telinga. Sepi, gelap. Tak ada aktivitas berarti yang dilakukan orang-orang di tempat terpencil ini. Kadang kala cahaya temaram yang tercetak di balik tirai jendela, memancing pikiranku untuk berimajinasi. Mungkin kalian pernah melakukannya?
Sering
kali aku membayangkan seorang wanita berdiri di balik jendela. Memandangku dan
tersenyum begitu ramah, bak seorang malaikat yang dikirim Tuhan untuk
menjengukku. Namun sesaat kemudian, senyumnya begitu sinis seolah mencemoohku.
Kenapa? Apakah dia begitu bangga dengan kecantikannya? Kuharap kekasih mereka
akan datang, menarik rambut mereka, mencongkel matanya dan mencabik-cabik
wajahnya hingga semua orang akan memandangnya seperti tikus sekarat yang
menjijikkan.
Angin
berteriak pilu, melolong melewati celah jendela yang mulai keropos termakan usia.
Disinilah aku. Di sebuah ruangan sempit tanpa cahaya. Aku merasa begitu nyaman
menyediri di tempat ini, ditemani suara ombak dan anjing-anjing liar yang hanya
bisa kusaksikan dari balik jendela. Aku tak pernah senang bergaul dengan orang
lain. Kecuali Frank, tentu saja. Ya, Franky Blanc. Dia kekasih yang amat
kucintai. Dia tulus, dia murni, dia nyata.
Kalian
mau menunggunya bersamaku? Malam ini dia akan datang dengan sekotak daging
panggang kesukaanku. Dia baik bukan? Tentu saja. Dia perhatian dan sangat
tampan. Sebentar lagi ia pasti datang.
***
Gadis
itu menangis terisak, meringkuk di sudut ruangan dengan memeluk kedua lututnya.
Tubuhnya gemetar ketakutan menghadapi lelaki yang tengah murka di hadapannya.
Pertengkaran hebat telah terjadi diantara mereka. Sebuah kesalahan fatal telah
dilakukan oleh Clarisse Dupont, gadis yang amat sangat cantik bak seorang putri
bangsawan. Foto-foto mesra dirinya bersama seorang lelaki berdarah Spanyol,
kini telah sampai di tangan kekasihnya.
“Bagaimana
bisa kau lakukan itu dengan José, Clarisse? Kau tahu siapa dia?” Nada amarah
terdengar jelas dalam suara lelaki itu. Berbagai umpatan kotor yang keluar dari
mulut lelaki yang dicintainya itu bagai sebuah pisau tajam yang menghunus hatinya
berulang kali. Tak ada sepatah kata pun yang mampu dikeluarkan Clarisse,
membuat amarah kekasihnya semakin meledak.
“Kau
tuli? Cepat jawab!” Bentak lelaki itu kasar sembari menendang tubuh Clarisse. Clarisse
masih menutup mulutnya. Lelaki itu melonggarkan ikat pinggangnya, meloloskannya
dari tempatnya. Cetar. Suara cambukan
yang diikuti teriakan kesakitan Clarisse menggema di seluruh ruangan.
“Katakan
padaku, seberapa mahal bosku membayarmu, pelacur?” Umpatan kasar bertubi-tubi kembali
terlontar dari mulut lelaki itu. Clarisse tak kunjung membuka mulutnya, hingga
lelaki itu kembali melepaskan beberapa cambukan untuk membuka mulut Clarisse.
“Hentikan,
mon chérie1, kumohon.” Clarisse
memohon, merintih menahan rasa sakit di sekujur tubuhnya. “Aku terpaksa
melakukannya. Fleur bilang José mengancam akan membunuhmu karena ulahmu bodohmu
meniduri istrinya.” Suara parau Clarisse terbata-bata menjelaskan kenyataan
itu.
“Kenapa
kau bawa adikku dalam masalah ini? Fleur tak ada hubungannya dengan semua ini!”
Sebuah cambukan kembali mendarat di tubuh Clarisse. Benda itu telah
mencabik-cabik tubuh Clarisse. Namun rasa sakit itu tak sebanding dengan sakit
hatinya. Pengorbanannya bahkan tak dihargai sedikitpun oleh kekasihnya. Semua
itu karena Fleur, perempuan iblis yang selalu mengacaukan hidupnya.
“Aku
tidak bohong!” Teriak Clarisse membela dirinya. “Asal kau tahu, adikmu itu
licik! Dia selalu mengacaukan segalanya, dia...” Pyar. Suara pecahan botol membuat Clarisse terkesiap dan segera
menutup mulutnya. Ia tahu kata-katanya sudah di luar batas. Ia juga tahu apa
yang akan didapatkannya dari lelaki itu. Hal ini akan selalu terulang setiap
kali mereka bertengkar. Namun Clarisse tetap bertahan karena rasa cintanya yang
begitu besar pada lelaki itu.
“Brengsek
kau Clarisse.” Bentak lelaki itu mengagetkan Clarisse. “ Kau berani menghina
adikku di depanku?” Senyum sinis tersungging di bibir lelaki itu. “Ini tak ada
hubungannya dengan Fleur. Ini antara kita dan José. Apa kau merasa begitu
cantik hingga kau berani menggoda José? Lalu bagaimana jika aku merusak wajahmu, ma chérie2?” Tawa kencang
menggelegar, memecah keheningan di ruangan temaram yang begitu kacau tersebut.
“Apa
yang akan kau lakukan?” Tanya Clarisse ketakutan melihat potongan tajam botol
kaca di tangan lelaki itu. Pelan namun pasti lelaki itu menyayat wajah cantik Clarisse.
Clarisse berteriak, meronta, mencoba melawan lelaki itu. Namun tenaganya tak
lagi cukup melawan lelaki bertubuh kekar dihadapannya.
“Hentikan,
kumohon.” Tangis pilu Clarisse tak diindahkan oleh lelaki itu. Lelaki itu masih
terus menyayat wajah Clarisse bak mengukir sebuah kayu. Air mata bercampur
darah mengalir deras membasahi wajah Clarisse. Dikumpulkannya tenaga yang masih
tersisa di dalam tubuhnya untuk melawan lelaki itu. Clarisse mencoba menarik
dirinya menjauh. Namun sayang, kakinya tersandung sesuatu. Secara reflek Clarisse
berpegangan pada kemeja lelaki dihadapannya hingga mereka terjatuh, tubuh lelaki
itu menindih Clarisse. Sebuah teriakan yang begitu kencang terdengar nyaring
dari mulut Clarisse.
“Brengsek
kau! Aku bersumpah kau akan menyesal seumur hidupmu, Franky Blanc!” Sumpah
serapah keluar dari mulut Clarisse. Teriakan itu seolah menjadi tamparan keras
yang menyadarkan Frank. Pecahan tajam botol kaca di tangannya kini telah menancap
di mata kiri Clarisse, membuat gadis itu kesakitan dan tergeletak tak berdaya
dengan darah di sekujur tubuhnya.
“Clarisse..
Bangun Clarisse..” Bisik Frank membangunkan kekasihnya yang tertidur di atas
kursi goyang di tepi jendela. “Kau memimpikannya lagi?” Tanya Frank khawatir. Clarisse
mengangguk, pandangan matanya kosong, mengingat peristiwa mengerikan yang
selalu membayanginya.
“Daging
panggang kesukaanmu. Mau aku menyalakan lampu untukmu?” Tanya Frank yang tengah
berlutut di hadapan Clarisse sambil menggenggam tangan gadis itu.
“Tidak.”
Clarisse menggeleng. “Aku tak ingin kau melihat wajahku yang seperti monster
ini Frank.”
“Maafkan
aku, ini semua salahku. Clarisse, aku bersumpah akan bertanggung jawab atas
perbuatanku. Aku akan melakukan apapun untukmu, ma chérie.” Frank mencium lembut kening gadis itu. Merasa bersalah
atas perbuatannya setengah tahun yang lalu yang akhirnya membuat Clarisse cacat
seumur hidupnya. Clarisse menarik ujung bibirnya, mengembangkan senyum
bahagianya, bersyukur Frank masih menemaninya meski wajahnya tak secantik dulu.
Frank pun membalas senyuman kekasihnya itu. Ia mulai memotong daging panggang
kesukaan Clarise.
“Aku
akan memakannya sendiri.” Ujar Clarisse meraih garpu dari tangan Frank. Frank
menatap gadis itu melahap makanannya. Clarisse pun balas menatap Frank dengan
penuh cinta meski hanya dengan sebelah matanya. Setelah potongan terakhir masuk
kedalam mulutnya, tiba-tiba dengan cepat Clarisse mengayunkan garpu di
tangannya hingga tertancap di mata kiri Frank. Teriakan Frank menggelegar
memenuhi rumah kecil di pesisir pantai tersebut. Senyum tipis tersungging,
menghiasi bibir Clarisse.
“Je t’aime mon amour et tu es toujours dans
mon cœu3.” Bisik Clarisse di telinga Frank yang tengah tergeletak
lemah di lantai.
TAMAT
1 : Sayang (dari
perempuan untuk laki-laki)
2 : Sayang (dari laki-laki untuk perempuan)
3 : Aku mencintaimu, cintaku dan kau selalu di hatiku.
*CMIIW - Correct Me If I’m Wrong* J
Kebayang teruuussss.. thriller iki jeneng e.. :'(
BalasHapus