Jumat, 09 Januari 2015

Bonjour Tristesse


Suara ombak berkejaran terdengar samar. Lolongan anjing bersahut-sahutan begitu nyaring di telinga. Sepi, gelap. Tak ada aktivitas berarti yang dilakukan orang-orang di tempat terpencil ini. Kadang kala cahaya temaram yang tercetak di balik tirai jendela, memancing pikiranku untuk berimajinasi. Mungkin kalian pernah melakukannya?

Sering kali aku membayangkan seorang wanita berdiri di balik jendela. Memandangku dan tersenyum begitu ramah, bak seorang malaikat yang dikirim Tuhan untuk menjengukku. Namun sesaat kemudian, senyumnya begitu sinis seolah mencemoohku. Kenapa? Apakah dia begitu bangga dengan kecantikannya? Kuharap kekasih mereka akan datang, menarik rambut mereka, mencongkel matanya dan mencabik-cabik wajahnya hingga semua orang akan memandangnya seperti tikus sekarat yang menjijikkan.

Angin berteriak pilu, melolong melewati celah jendela yang mulai keropos termakan usia. Disinilah aku. Di sebuah ruangan sempit tanpa cahaya. Aku merasa begitu nyaman menyediri di tempat ini, ditemani suara ombak dan anjing-anjing liar yang hanya bisa kusaksikan dari balik jendela. Aku tak pernah senang bergaul dengan orang lain. Kecuali Frank, tentu saja. Ya, Franky Blanc. Dia kekasih yang amat kucintai. Dia tulus, dia murni, dia nyata.

Kalian mau menunggunya bersamaku? Malam ini dia akan datang dengan sekotak daging panggang kesukaanku. Dia baik bukan? Tentu saja. Dia perhatian dan sangat tampan. Sebentar lagi ia pasti datang.
***
Gadis itu menangis terisak, meringkuk di sudut ruangan dengan memeluk kedua lututnya. Tubuhnya gemetar ketakutan menghadapi lelaki yang tengah murka di hadapannya. Pertengkaran hebat telah terjadi diantara mereka. Sebuah kesalahan fatal telah dilakukan oleh Clarisse Dupont, gadis yang amat sangat cantik bak seorang putri bangsawan. Foto-foto mesra dirinya bersama seorang lelaki berdarah Spanyol, kini telah sampai di tangan kekasihnya.

“Bagaimana bisa kau lakukan itu dengan José, Clarisse? Kau tahu siapa dia?” Nada amarah terdengar jelas dalam suara lelaki itu. Berbagai umpatan kotor yang keluar dari mulut lelaki yang dicintainya itu bagai sebuah pisau tajam yang menghunus hatinya berulang kali. Tak ada sepatah kata pun yang mampu dikeluarkan Clarisse, membuat amarah kekasihnya semakin meledak.

“Kau tuli? Cepat jawab!” Bentak lelaki itu kasar sembari menendang tubuh Clarisse. Clarisse masih menutup mulutnya. Lelaki itu melonggarkan ikat pinggangnya, meloloskannya dari tempatnya. Cetar. Suara cambukan yang diikuti teriakan kesakitan Clarisse menggema di seluruh ruangan.

“Katakan padaku, seberapa mahal bosku membayarmu, pelacur?” Umpatan kasar bertubi-tubi kembali terlontar dari mulut lelaki itu. Clarisse tak kunjung membuka mulutnya, hingga lelaki itu kembali melepaskan beberapa cambukan untuk membuka mulut Clarisse.

“Hentikan, mon chérie1, kumohon.” Clarisse memohon, merintih menahan rasa sakit di sekujur tubuhnya. “Aku terpaksa melakukannya. Fleur bilang José mengancam akan membunuhmu karena ulahmu bodohmu meniduri istrinya.” Suara parau Clarisse terbata-bata menjelaskan kenyataan itu.

“Kenapa kau bawa adikku dalam masalah ini? Fleur tak ada hubungannya dengan semua ini!” Sebuah cambukan kembali mendarat di tubuh Clarisse. Benda itu telah mencabik-cabik tubuh Clarisse. Namun rasa sakit itu tak sebanding dengan sakit hatinya. Pengorbanannya bahkan tak dihargai sedikitpun oleh kekasihnya. Semua itu karena Fleur, perempuan iblis yang selalu mengacaukan hidupnya.

“Aku tidak bohong!” Teriak Clarisse membela dirinya. “Asal kau tahu, adikmu itu licik! Dia selalu mengacaukan segalanya, dia...” Pyar. Suara pecahan botol membuat Clarisse terkesiap dan segera menutup mulutnya. Ia tahu kata-katanya sudah di luar batas. Ia juga tahu apa yang akan didapatkannya dari lelaki itu. Hal ini akan selalu terulang setiap kali mereka bertengkar. Namun Clarisse tetap bertahan karena rasa cintanya yang begitu besar pada lelaki itu.

“Brengsek kau Clarisse.” Bentak lelaki itu mengagetkan Clarisse. “ Kau berani menghina adikku di depanku?” Senyum sinis tersungging di bibir lelaki itu. “Ini tak ada hubungannya dengan Fleur. Ini antara kita dan José. Apa kau merasa begitu cantik hingga kau berani menggoda José? Lalu bagaimana jika aku merusak wajahmu, ma chérie2?” Tawa kencang menggelegar, memecah keheningan di ruangan temaram yang begitu kacau tersebut.

“Apa yang akan kau lakukan?” Tanya Clarisse ketakutan melihat potongan tajam botol kaca di tangan lelaki itu. Pelan namun pasti lelaki itu menyayat wajah cantik Clarisse. Clarisse berteriak, meronta, mencoba melawan lelaki itu. Namun tenaganya tak lagi cukup melawan lelaki bertubuh kekar dihadapannya.

“Hentikan, kumohon.” Tangis pilu Clarisse tak diindahkan oleh lelaki itu. Lelaki itu masih terus menyayat wajah Clarisse bak mengukir sebuah kayu. Air mata bercampur darah mengalir deras membasahi wajah Clarisse. Dikumpulkannya tenaga yang masih tersisa di dalam tubuhnya untuk melawan lelaki itu. Clarisse mencoba menarik dirinya menjauh. Namun sayang, kakinya tersandung sesuatu. Secara reflek Clarisse berpegangan pada kemeja lelaki dihadapannya hingga mereka terjatuh, tubuh lelaki itu menindih Clarisse. Sebuah teriakan yang begitu kencang terdengar nyaring dari mulut Clarisse.

“Brengsek kau! Aku bersumpah kau akan menyesal seumur hidupmu, Franky Blanc!” Sumpah serapah keluar dari mulut Clarisse. Teriakan itu seolah menjadi tamparan keras yang menyadarkan Frank. Pecahan tajam botol kaca di tangannya kini telah menancap di mata kiri Clarisse, membuat gadis itu kesakitan dan tergeletak tak berdaya dengan darah di sekujur tubuhnya.

“Clarisse.. Bangun Clarisse..” Bisik Frank membangunkan kekasihnya yang tertidur di atas kursi goyang di tepi jendela. “Kau memimpikannya lagi?” Tanya Frank khawatir. Clarisse mengangguk, pandangan matanya kosong, mengingat peristiwa mengerikan yang selalu membayanginya.

“Daging panggang kesukaanmu. Mau aku menyalakan lampu untukmu?” Tanya Frank yang tengah berlutut di hadapan Clarisse sambil menggenggam tangan gadis itu.

“Tidak.” Clarisse menggeleng. “Aku tak ingin kau melihat wajahku yang seperti monster ini Frank.”

“Maafkan aku, ini semua salahku. Clarisse, aku bersumpah akan bertanggung jawab atas perbuatanku. Aku akan melakukan apapun untukmu, ma chérie.” Frank mencium lembut kening gadis itu. Merasa bersalah atas perbuatannya setengah tahun yang lalu yang akhirnya membuat Clarisse cacat seumur hidupnya. Clarisse menarik ujung bibirnya, mengembangkan senyum bahagianya, bersyukur Frank masih menemaninya meski wajahnya tak secantik dulu. Frank pun membalas senyuman kekasihnya itu. Ia mulai memotong daging panggang kesukaan Clarise.

“Aku akan memakannya sendiri.” Ujar Clarisse meraih garpu dari tangan Frank. Frank menatap gadis itu melahap makanannya. Clarisse pun balas menatap Frank dengan penuh cinta meski hanya dengan sebelah matanya. Setelah potongan terakhir masuk kedalam mulutnya, tiba-tiba dengan cepat Clarisse mengayunkan garpu di tangannya hingga tertancap di mata kiri Frank. Teriakan Frank menggelegar memenuhi rumah kecil di pesisir pantai tersebut. Senyum tipis tersungging, menghiasi bibir Clarisse.

Je t’aime mon amour et tu es toujours dans mon cœu3.” Bisik Clarisse di telinga Frank yang tengah tergeletak lemah di lantai.

TAMAT

1 : Sayang (dari perempuan untuk laki-laki)
2 : Sayang (dari laki-laki untuk perempuan)
3 : Aku mencintaimu, cintaku dan kau selalu di hatiku.

*CMIIW - Correct Me If I’m Wrong* J

1 komentar:

Jangan sungkan untuk menuliskan komentar ya.
Karena itu merupakan penyemangat untuk kami terus menulis.
Selamat membaca :D